BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kata
‘drama’ berasal dari kata Greek (bahasa yunani) ‘dralen’ yang diturunkan dari
kata ‘draomai’yang semula berarti berbuat, bertindk, dan beraksi (to do, to
act). Dalam perkembangan selanjutnya, kata ‘drama’ mengandung arti kejadian,
risalah, dan karangan.
Istilah
drama mempunyai pengertian yang luas dan bermacam-macam :
Dalam “Dictionary of World Literature” (Josept T.Shipley, 1962:
105) istilah drama berarti segala pertunjukan yang memakai mimic (any kind of
mimetic performace). Berdasarkan batasan ini permainan lawak, sulap, sirkus,
patomim, upacara-upacara keagamaan pada masyaraat primitive, dan improvisasi
yang tidak menggunakan kata-kata secara verbal adalah termasuk drama.
Seorang
pengarang membuat drama dapat dari sisi kehidupan yang sedih, senang ataupun
perpaduan dari sedih dan senang. Sisi yang dilukiskan pengarang juga dapat
melukiskan kondisi masyarakat saat itu. Namun banyak juga drama yang suasananya
tidak dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatnya.
Drama
adalah sebuah genre sastra yang menampilkan dialog atau cakapan di antara
tokoh-tokoh yang ada. Selain itu, lazimnya sebuah karya drama juga
memperlihatkan adanya semacam petunjuk pemanggungan yang akan
memberikangambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh
(Wahyudi, 2006: 95). Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas
panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik
dan tarian, sebagaimana sebuah opera. Drama merupakan jenis karya sastra yang
kompleks, karena dalam setiap pementasan drama disuguhkan berbagai jenis
keterampilan dan implementasi sebuah makna kehidupan manusia.
Karya
sastra merupakan sebuah struktur. Struktur ada karena adanya unsur-unsur yang
membangun. Unsur-unsur pembentuk drama ada dua, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur karya sastra drama meliputi lakon
atau cerita, pemain, tempat, dan penonton atau publikMakalah ini menganalisis
naskah drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” menggunakan teori Abrams melalui pendekatan
objektif. pendekatan objektif sendiri sama dengan analisis structural. Yaitu
fokus pada karya itu sendiri. Pendekatan objektif ini membahas bagaimana
unsur-unsur dalam karya tersebut terjalin. Semakin berkaitan antara unsur satu
dengan yang lain maka karya tersebut sangat baik jika dilihat melalui pendektan
objektif itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa saja pendekatan-pendekatan dalam
karya sastra yang dikemukakan oleh Abrams ?
2) Bagaimana analisis pendekatan objektif dari naskah drama
“Matahari di Sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor?
1.3 Tujuan
Penulisan
1) Dapat mengetahui
pendekatan-pendekatan dalam teori Abrams
2) Dapat mengetahui analisis pendekatan
objektif dari naskah drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor
1.4 Manfaat
penulisan
Dapat
mengetahui analisis pendekatan
objektif dalam naskah drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil”
karya Arifin C.
Noor
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Teori Abrams
Berbicara tentang teori
sastra, salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah M.H. Abrams. Dalam
artikelnya yang berjudul Orientation of Critical Theory Abrams
mencoba menawarkan satu kerangka berpikir untuk memahami proses penciptaan satu
karya. Kerangka tersebut terdiri dari artis/seniman, karya, semesta, dan
penikmat seni/audience. Untuk memudahkan analisis tersebut Abrams mengacak
keempat elemen tersebut ke pola segitiga di mana karya seni berada di tengah
sebagai hal/objek yang akan dijelaskan.
Menurut Abrams keempat
kordinat ini tidak selalu tetap, melainkan berubah, keempat-empatnya sangat
penting tergantung dari apa yang kemudian ingin diteliti. . Dengan demikian, model Abrams
sangat bermanfaat untuk memahami secara lebih baik keanekaragaman teori
sastra(Teeuw,1984).
1.
Pendekatan Objektif
Pendekatan objektik adalah
pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan.
Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi
sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra
yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot,
setting, karakter, dan sebagainya. Yang jelas penilaian yang diberikan dilihat
dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan
keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya. Karena patokan pendekatan objektif
sudah jelas, maka sering sekali pendekatan ini di sebut dengan pendekatan
struktural.
2. Pendekatan Ekspresif
2. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ini dititik beratkan pada
eksistensi pengarang sebagai pencipta karya seni. Sejauh manakah keberhasilan
pengarang dalam mengekspresikan ide-idenya. Karena itu, tinjauan ekspresif
lebih bersifat spesifik. Dasar telaahnya adalah keberhasilan pengarang
mengemukakan ide-idenya yang tinggi, ekspresi emosinya yang meluap, dan
bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi satu karya yang bernilai tinggi.
Komposisi dan ketepatan peramuan unsur-unsur ekspresif di sini akhirnya menjadi satu unsur sentral dalam penilaian. Karya sastra yang didasari oleh kekayaan penjelmaan jiwa yang kompleks tentunya mempunyai tingkat kerumitan komposisi yang lebih tinggi dibanding dengan karya sastra yang kering dengan dasar jelmaan jiwa.
3. Pendekatan Mimetik
Komposisi dan ketepatan peramuan unsur-unsur ekspresif di sini akhirnya menjadi satu unsur sentral dalam penilaian. Karya sastra yang didasari oleh kekayaan penjelmaan jiwa yang kompleks tentunya mempunyai tingkat kerumitan komposisi yang lebih tinggi dibanding dengan karya sastra yang kering dengan dasar jelmaan jiwa.
3. Pendekatan Mimetik
Pendekatan ini bertolak dari
pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata. Refleksi ini
terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang terhadap realitas
kehidupan atau realitas alam. Hal tersebut didasarkan pandangan bahwa apa yang
diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah merupakan refleksi atau potret
kehidupan atau alam yang dilihatnya. Potret tersebut bisa berupa pandangan,
ilmu pengetahuan, religius yang terkait langsung dengan realitas. Pengarang,
melalui karyanya hanyalah mengolah dari apa yang dirasakan dan dilihatnya. Itulah
sebabnya ide yang dituangkan dalam karyanya tidak bisa disebut sebagai ide yang
original. Semuanya hanyalah tiruan (mimetik) dari unsur-unsur kehidupan nyata yang
ada.
4. Pendektan Pragmatik (Reseptif)
4. Pendektan Pragmatik (Reseptif)
Pendekatan pragmatik memberikan
perhatian utama terhadap peranan pembaca. Pada tahap tertentu pendekatan
pragmatis memiliki hubungan yang cukup dengan sosiologi, yaitu dalam
pembicaraan masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki manfaat terhadap
fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasan,
sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan
karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat terhadap pembaca.
Pendekatan pragmatis secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori
reseptif, teori sastra yang memungkan pemahaman hakikat karya tanpa batas.
Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronis maupun diagkronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca, sebab semata-mata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayan khazanah kultural bangsa.
Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronis maupun diagkronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca, sebab semata-mata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayan khazanah kultural bangsa.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Naskah Drama dengan Pendekatan Obyektif
·
Sinopsis
Drama
ini bercerita tentang sebuah kehidupan di area pabrik. Tokoh Yang ada dalam
naskah drama ini adalah Penjaga Malam, Si Pendek, Si Tua, Si Peci, Simbok, Si
Kacamata, Si Kurus, Pemuda, Perempuan, Si Sopir. Bermula dari jam istirahat
bagi pekerja pabrik dimulai. Kemudian tiap tokoh saling bercakap-cakap dan istirahat
sambil makan siang di warung pecel simbok. Dalam obrolannya mereka membicarakan
tentang masalah-masalah hangat yang ada dimasyarakat. Seperti, masalah harga
kebutuhan pokok yang naik, korupsi yang merajalela, hingga gaji buruh yang
tidak kunjung naik waulaupun kebutuhan semakin mahal.
Kemudian datang seorang pemuda yang bergabung
dan makan. Hingga jam istirahat berakhir dan semua pekerja kembali bekerja
serta membayar makanannya satu per satu. Tinggalah pemuda itu sendiri
menghabiskan makanannya dengan lahap. Sama seperti pelanggan yang lain dia
menanyakan jumlah makanannya, saat hampir membayar Si Pemuda mengatakan bahwa
dompetnya ketinggalan. Tetapi Simbok tidak langsung percaya arena beliau sering
sekali ditipu. Kemudia Pemuda menjelaskan bahwa dia adalah warga pendatang di
desa ini dan tidak berniat berbohong apalagi tidak membayar makanannya. Dia
terus menjelaskan dan meminta izin untuk mengambil uangnya di rumah. Namun
simbok bersikuku tetap tidak percaya dengan ucapan pemuda hingga memicu keributan.
Mendengar hal tersebut satu per satu pekerja datang dan ikut menangani masalah
ini.
Tiap tokoh mengintrogasi dengan
memberi pertanyaan-pertanyaan dan pemuda selalu pandai menjawab pertanyaan
tersebut. Hingga datang seorang wanita yang akan membayar makanan pemuda. Tapi
tokoh lain tidak ingin masalah itu sesederhana itu selesai. Karena jika
dibiasakan melepaskan pembohong maka akan berbahaya. Akhirnya mereka mencapai
kesepakatan untuk menyita baju pemuda sebagai jaminan. Dan semua pekerja
kembali bekerja.
Setelah
semua pekerja kembali bekerja pemuda menceritakan perjalanan hidupnya. Bahwa ia
dari desa pergi kesini untuk mencari pekerjaan namun tak kunjung dapat. Ia
menjelaskan bahwa sama sekali ia tak ingin berbohong. Tetapi dia belum makan
selama dua hari. Mendengar cerita itu simbok sangat trenyuh dan teringat oleh
anaknya. Kemudian memberikan kembali baju pemuda tanpa syarat. Si Pemuda
kemudia pergi dan berterimakasih kepada simbok.
Setelah
kepergian sipemuda masuklah penjaga malam dan bercerita bahwa pemuda yang kurus
dan mengenakan baju lurik adalah pemuda sama yang biasa menipu dimana-mana.
Mndengar itu simbok hanya bisa menelan ludah.
Seperti
yang telah dipaparkan diatas bahwa analisis pendekatan objektif adalah analisis
dengan mengkaji unsur-unsur dalam karya itu sendiri. Unsur tersebut adalah :
1. Tema
Tema
meruapakan ide pokok cerita. Tema juga disebut sebagai gagasan ide atau pokok
pikiran dalam suatu cerita. Dalam penyampaian tema pengarang tidak langsung
menyebutkannya tetapi menjadi tugas pembaca untuk smencari suatu tema dalam
sebuah cerita.
Dalam
naskah drama berjudul “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” bertema tentang
kehidupan sosial masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan percakapan antar tokoh
yang berbicara tentang bahan pokok yang naik, korupsi yang merajalela, gaji
yang tidak naik, ekonomi yang sulit hingga adanya penipuan dimana-mana.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam sebuah drama merupakan
para pemeran atau pelaku dalam sebuah cerita dalam drama. Tokoh dalam drama
yaitu:
No.
|
Nama Tokoh
|
Karakter/Watak
|
1.
|
Penjaga Malam
|
Memiliki pribadi yang suka
mengeluh.
Bukti : “Uuuuuh, gara-gara pencuri, aku jadi kesiangan.”
|
2.
|
Si Pendek
|
Memiliki pikiran yang jauh kedepan. Si Pendek tidak suka
mengeluh deengan keadaan
Bukti : “…Menurut saya, sangat tidak baik kalau kita tak henti-hentinya mengeluh
sementara masalah yang lebih penting pada waktu ini sedang gawat menantang
kita ...”
Si Pendek juga pejuang tangguh hal ini dibuktikan bahwa
dia mengajak teman-temannya untuk bekerja lebih giat lagi.
Bukti percakapan : “apalagi melamun dan mengkhayal, sekarang yang
penting kita bekerja, bekerja yang keras.”
|
3.
|
Si Tua
|
Memiliki pribadi yang suka
mengeluh.
Bukti : “Dulu (batuk-batuk), dulu saya hanya
membutuhkan uang sepeser untuk sebungkus nasi.”
Si tua juga terpaku pada masalalu
dan membanding-bandingkan masalalu dengan sekarang.
Bukti : “Ya, jaman Belanda. Untuk sehelai kemeja saya
hanya membutuhkan uang sehelai rupiah.”
Hal ini dapat menunjukkan alasan
penulis memberi nama Si Tua. Sesuai sifatnya yang berpikiran kolot seperti
orang tua dan terpaku pada hal-hal masa lalu
|
4.
|
Simbok
|
Merupakan tokoh utama dalam drama
ini. Simbok yang mendapat suatu masalah yang
membuat drama ini memiliki konflik. Dalam drama ini simbok merupakan
penjual pecel yang berjualan di area pabrik.
Simbok memiliki karakter keibuan
yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan sifatnya yang tidak tega saat pemuda
menceritakan kehidupannya simbok teringat anaknya. Hal ini juga menunjukkan
bahwa simbok memiliki hati yang lembut
dan mudah iba seperti ibu-ibu pada umumnya. Dapat dibuktikan dengan beberapa
percakapannya “Tidak, saya
ingat anak saya.”
“Saya percaya sebab itu kau harus mau menerima
baju kembali.”
Selain itu simbok juga memiliki
sifat yang tidak teliti tetap segala sesuatu. Simbok tidak langsung mudah
tertipu sebelum akhirnya hatinya luluh
Bukti : “Hei, nanti dulu. Bayarlah baru kau boleh pergi.”
|
5.
|
Si Peci
|
Memiliki sikap penyelidik dan
kritis terhadap apa yang dihadapinya hal ini terbukti dengan beberapa
percakapannya
“Kenapa tidak membayar?” “Ketinggalan di mana?”
Selain itu si Peci cukup tegas,
saat meminta baju pemuda sebagai jaminan kemudian si pemuda berkata bahwa ia
tidak berkaos tapi si peci tetap memaksa meminta
Bukti : “Tak perduli. Tanggalkan.”
|
6.
|
Si Kurus
|
Memiliki sikap paling cepat tanggap. Hal ini buktikan saat
pertama keributan terjadi diantara pekerja lain yang pertama peduli dengan
keadaan tersebut adalah si kurus. Dia juga memiliki sifat tegas saat
menghadapi masalah dibuktikan dengan beberapa dialognya
“Ya,
tapi jangan main minggat-minggatan.”
“Simbok mengijinkan?” ” Simbok
memperbolehkan engkau pergi?”
|
7.
|
Si Kacamata
|
Memiliki pendirian yang tidak
kuat. Hal ini diperlihatkan dia sangat mengeluh dengan keadaan perekonomian
sekarang. Ia juga setuju saat salah satu temannya menjelaskan bahwa kita
harus berhati-hati dengan mulut yang licin. Tetapi saa temannya mengajak
untuk tidak mengeluh karena keadaan zaman sekarang lebih baik misalnya
sekarang semua orang dapat mendengarkan radio. Si kacamata juga setuju.
Ia juga suka berangan-angan, bukti
percakapan
“Saya ingin anak saya memiiki yamaha
bebek.”
|
8.
|
pemuda
|
Pemuda merupakan actor utama dalam
cerita ini. Ia sebagai tokoh yang memicu adanya permasalahan dalam drama
tersebut. Pemuda ini adalah pembohong, namun sangat dapat mempengaruhi atau
meyakinkan tokoh lain. Bahkan saat diinterogasi warga setempat dia mampu
menjawab banyak pertanyaan. Saat beberapa kali dia salah menjawab dia masih
bisa tenang memberi alasan bahwa ia orang baru dikampung tersebut. Hal ini
memperlihatkan bahwa ia sangat pandai berbicara.
Bukti percakapan. Dia juga bermuka
dua untuk berakting didepan simbok agar menyerahkan baju yang disitanya tanpa
syarat.
“Saya mau membayar, uang saya ketinggalan.” (pandai beralasan)
“Saya orang baru.” (pandai mengelak)
“Tidak Mbok, bukan maksud saya minta dikasihani,
saya hanya ingin menceritakan dan saya hanya ingin mengatakan bahwa hati saya
bersih.”
Meyakinkan korbannya untuk dibohongi lagi
|
9.
|
Perempuan
|
Dia seorang tokoh sampingan yang
menggangap remeh permasalahan tapi juga mudah kasian kepada orang lain. Bukti
percakapan “Ah, sedikit.
Baiklah, jangan ribut-ribut. Kasihan. (mengambil uang dari tasnya) Ini Mbok
seratus rupiah”
penulis juga menyiratkan bahwa ia tidak begitu peduli. Setelah membayar uang
ia berlalu begitu saja.
|
10.
|
si Sopir
|
Si sopir meruapakan orang yang
bijaksana ia menasehati pemuda dengan memberi cerita hidupnya sediri dengan
pelajaran-pelajaran yang berharga. Dia seorang mampu mengambil hikmah dari
kehidupan masalalunya. Dia juga seorang yang tegas, bukti “Jangan malu-malu (keras) copot!”
|
3. Alur
Menurut
Riris K. Sarumpet (1984:4) dalam Analisis Drama dan teater menyebutkan bahwa
alur ialah rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan hokum sebab akibat dan
merupakan pola, perkaitan peristiwa yang menggerakan jalannya cerita kearah
pertikaian dan penyelesaian.
Dalam naskah drama ini
menggunakan alur maju dan padat dikarenakan penulis mencerikan peristiwa runtut
maju tanpa menarik pembaca untuk dibawa ke masa lalu. Dikatakan padat karena
dalam alur cerita ini tidak terdapat sisipan atau menceritakan cerit lain,
namun mengalir lurus.
Struktur yang membangun alur
dalam naskah ini sebagai berikut :
a. eksposisi (pengenalan)
Dalam naskah ini cerita dimulai
dengan kehipun awal di area pabrik. Digambarkan saat jam istirahat para pekerja
sedang makan siang di warung simbok. Pada tahap ini mereka membicarakan keadaan
ekonomi masyarakat, isu-isu pemerintahan dan politik.
b. Komplikasi (pemunculan masalah
Pada tahap
ini penulis mulai memunulkan masalah yang akan dialami tokoh. Dalam naskah
drama ini bagian komplikasi diceritakan dengan ada seorang pemuda asing yang
ikut bergabung makan di warung simbok dan bergabung dengan para pelanggan.
Setelah jam istirahat berbunyi semua pekerja kembali bekerja. Sang pemudapun
telah uasai makan dan akan membayar makanan yang dipesan. Kemudia dia
menyatakan bahwa dompetnya ketinggalan. Sedangkan pemilik warung tidak percaya
karena sudah biasa ditipu. Simbok bersikeras tidak mengijinkan pemuda itu pergi
hingga mengundang penasaran para pekerja pabrik.
c. Klimaks (puncak masalah)
tahap ini
merupakan puncak masalah. Para pekerja yang mendengar kegaduhan ikut
berdatangan kewarung simbok. Pemudapun diinterogasi dengan berbaagai pertanyaan
dan terus diselidiki hingga suasana sangat tegang. Karena sipemuda terus
menerus mengelak bahkan saat dia tidak bisa menjawab dengan benar pertanyaan simbok. Saat diminta pemuda
meninggalkan celananya untuk dijadikan bahan jaminan sipemuda bersikeras tidak
mau, hal ini membuat tokoh lain dalam puncak emosi.
d. resolusi (penyelesaian)
penyelesain
mulai terjadi saat semua tokoh setuju agar sipemuda menyerahkan bajunya untuk
barang jaminan, sipemudapun menyetujui da diberikan baju tersebut kepada simok.
Semua tokoh kembali pada aktivitasnya masing-masing. Saat ini sang pemuda
meminta maaf pada simbok. Ia menjelaskan bahwa ia tak bermaksud berbohong namun
ia benar-benar dalam keadaan kesulitan. Karena merasa iba simbok menyerahkan
baju pemuda tersebut.
e. coda (kesimpulan)
masuklah
penjaga malam dan kemudian bertanya pada simbok apa ada pemuda yang kurus
memakai baju lurik berbohong dan telah pergi?. Simbok mengiyakan. Kemudia
dengan kesal penjaga malam menjelaskan bahwa pemuda tersebut penipu handal dan
sudah biasa berbohong. Mendengar hal
tersebut simbok sangat kaget dan
merasa sangat menyesal.
4. Latar atau Setting
Latar
atau setting merupakan tempat kejadian cerita. Latar meliputi tiga dimensi,
yaitu: tempat, ruang, dan waktu.
Latar tempat : Kendal, Warung Pecel depan pabrik
es
Latar
waktu : Pagi menjelang siang hari
Latar ruang : Pada saat adanya
aktivitas dari para pekerja pabrik sedang beristirahat makan.
5. Sudut Pandang
Sudut
pandang (titik pandang, pusat pengisahan) merupakan posisi pencerita (narator)
dalam sebuah cerita. Ada kalanya pencerita bertindak sebagai orang pertama atau
sebagai orang ketiga. Dalam naskah drama karya Arifin C. Noor ini,
pencerita/penulis memposisikan dirinya sebagai orang ketiga, karena pencerita
tidak terlibat langsung dalam cerita.
6. Amanat atau Pesan Moral
Amanat
berkaitan dengan pesan yang hendak disampaikan oleh seorang penulis kepada
pembaca untuk bisa memaknai dari keseluruhan isi naskah drama. Amanat berisi
pesan moran dan nilai kehidupan yang dapat dijadikan renungan berpikir dan
implementasi bertindan pembaca nantinya sesuai dengan kaidah atau norma yang
berlaku. Amanat yang coba ditampilkan dalam naskah drama di atas, yaitu
1. Penulis mencoba menggambarkan
kebobokran pemerintah pada saat ini. Dengan harapan pemrintah dapat
mendengarkan suara hati rakyatnya dan peduli dengan kesejahteraan semua
raktyatnya.
2. Kejujuran tetaplah kejujuran.
Penulis mengajak semua lapisan masyarakat untuk selalu jujur dalam semua sisi
dan sendi kehidupan. Kebohongan sekecil apapun harus diberi sanksi. Karena
sekali kebohongan dibiarkan maka akan terus menerus dilakukan.
3. Penulis menyampaikan bahwa bangsa
ini sedang dalam masalah besar. Korupsi penipuan tidak hanya ada pada
pemrintahan. Disekitar kita penipuan sangatlah dekat. Hendaknya kita harus
terus berhati-hati.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari apa yang telah dipaparkan
diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. pendekatan obyektif teori abrams merupakan
pendekatan yang mengkaji karya sastra dilihat dari karya itu sendiri.
Pendekatan ini memandang bagaimana unsur instrinsik atau aspek-aspek sastra itu
sendiri membangun karya tersebut. Semakin berkait unsur yang satu dengan yang
lain maka semakin baik pula karya tersebut.
2. Dari naskah drama berjudul “Matahari
di sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor setelah dianalisis dengan
pendekatan objektif teori abrams dapat diketahui beberapa hal unsur-unsur yang
membangun karya tersebut. Diantaranya :
1) Tema dalam naskah tersebut mengenai
segelumit keadaan sosial yang ada dalam masyarakat yang di dalamnya tersaji
berbagai nilai dan unsur kehidupan seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung
jawab.
2) Latar yang ada pada naskah drama
tersebut meliputi:
a. Latar tempat : Kendal,
Warung Pecel depan pabrik
b. Latar waktu : Pagi
menjelang siang hari
c. Latar ruang
: Pada saat adanya aktivitas dari para pekerja pabrik sedang beristirahat
makan.
d. Penulis menggambarkan nama para
tokoh dengan menggunakan simbol dan berikut nama para tokoh dalam naskah drama
tersebut: si Tua, si Pendek, si Kurus, si Peci, si Kacamata, Simbok, Pemuda,
Penjaga malam, Perempuan, dan si Sopir.
3) Alur yang digunakan : maju padat
4) Amanat naskah: bahwasanya tindakan
berbohong atau menipu orang lain sangatlah tidak baik. Sepandai-pandainya
seorang penipu pasti suatu saat akan terjebak juga dalam aksinya tersebut.
5) sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. Penulis memposisikan dirinya sebagai orang
ketiga dalam naskah tersebut.
4.2 Saran
Di dalam menyusun makalah ini,
penulis tentu masih banyak kekurangan. Dan penulis berharap pembaca dapat
mengambil sesuatu yang positif dan bermanfaat dari pembahasan naskah drama
berjudul “Matahari di Sebuah Jalanm Kecil” ini. Untuk itu dibutuhkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca maupun peneliti yang lain. Untuk
kedepannya, diharapkan muncul peneliti lain yang dapat menganalisis naskah ini
dengan gaya dan pendekatan yang lebih mendalam dan mutakhir lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Wellek,
Rene. 2014. Teori Kesusastraan.
Jakarta : Gramedia
Satoto,
soediro. 2016. Analisis Drama dan Teater. Yogyakarta : Penerbit Ombak
(diakses tanggal 5 april 2017)
(diakses tanggal 5 april 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar