MAKALAH
Analisis Puisi “Jendela” Karya Joko
Pinurbo dengan Pendekatan Struktural Semiotik
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Akhir
Mata
Kuliah Kajian Puisi
Dosen
Pengampu : Maharani Intan Andalas Irp, S.s., M.a.
Oleh
Asti Wahyuningtyas 2101416011
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
2017
PRAKATA
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat kepada Allah Swt atas segala rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini bisa diselesaikan untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah Kajian Puisi. Pada makalah ini kami akan membahas dan memahami
tentang pendekatan struktural semiotik dan mengkaji puisi “Jendela” karya Joko
Pinurbo.
Saya
selaku penulis berharap semoga kelak makalah ini dapat berguna dan juga bermanfaat
serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hal yang penulis kaji. Dalam
pembuatan makalah ini saya sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan ,
oleh karena itu saya sangat membutuhkan saran dan kritik demi perbaikan makalah
ini. Saya meminta maaf apabila terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Semarang, 11 Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA................................................................................................................
2
DAFTAR ISI.............................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang....................................................................................................
4
1.2
Rumusan Masalah...............................................................................................
5
1.3
Tujuan Penulisan.................................................................................................
5
1.4
Manfaat Penulisan...............................................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Puisi ..................................................................................................................... 6
2.2
Pendekatan structural........................................................................................... 6
2.3
Pendekatan semiotic............................................................................................ 7
BAB III PEMBAHASAN
3.1
Analisis puisi “Jendela” karya Joko Pinurbo ........................................................ 8
BAB
IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan............................................................................................................ 15
4.2 Saran.....................................................................................................................
16
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................
17
Lampiran.................................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra
merupakan struktur yang kompleks sehingga untuk memahami sebuah karya sastra
diperlukan penganalisisan. Penganalisisan tersebut merupakan usaha secara sadar
untuk menangkap dan memberi muatan makna kepada teks sastra yang memuat berbagai
sistem tanda. Seperti yang dikemukakan oleh Saussure bahwa bahasa merupakan
sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain
yang disebut makna (Nurgiyantoro, 2002: 39). Bahasa tak lain adalah media dalam
karya sastra. Karena itu karya sastra merupakan sebuah struktur ketandaan yang
bermakna (Kaswadi, 2006: 123). Tidak terkecuali pada teks sastra yang berbentuk
puisi, maka untuk pemahaman makna pada puisi menggunakan kajian struktural yang
tidak dapat dipisahkan dengann kajian semiotik yang mengkaji tanda-tanda. Hal
ini sejalan dengan pendapat Pradopo (1987: 108) yang mengemukakan bahwa
analisis struktural tidak dapat dipisahkan dengan analisis semiotik. Karena
semiotik dan strukturalisme adalah prosedur formalisasi dan klasifikasi
bersama-sama. Keduanya memahami keseluruhan kultur sebagai sistem komunikasi
dan sistem tanda dan berupaya menyingkap aturan-aturan yang mengikat.
Tanpa memperhatikan sistem tanda maka
struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara keseluruhan.
Munculnya kajian
struktural semiotik ini sebagai akibat ketidakpuasan terhadap kajian struktural
yang hanya menitikberatkan pada aspek intrinsik, semiotik memandang karya
sastra memiliki sistem tersendiri. Karena itu, muncul kajian struktural semiotik
untuk mengkaji aspek-aspek struktur dengan tanda-tanda (Endraswara, 2003: 64)
sehingga dapat dikatakan bahwa kajian semiotik ini merupakan lanjutan dari
strukturalisme. Untuk itu perlu adanya analisis struktural semiotik guna
mafsirkan tanda pada puisi “Jendela” karya Joko Pinurbo. Analisis ini guna
dapat mengerti seutuhnya makna yang ada dalam puisi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa itu pendekatan Struktural ?
1.2.2
Apa itu pendekatan Semiotik ?
1.2.3
Bagaimana analisis pendekatan struktural
semiotik pada puisi Jendela karya Joko Pinurbo ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
untuk mengetahui apa itu pendekatan
Struktural pada puisi ?
1.3.2
untuk mengetahui apa itu pendekatan semiotik
pada puisi ?
1.3.3
untuk mengetahui bagaima Bagaimana
analisis pendekatan struktural semiotik pada puisi Jendela karya Joko Pinurbo
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan untuk
menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai pendekatan struktural dan
pendekatan semiotik pada puisi. Serta diharapkan penulis dapat
mengaplikasikannya dalam menganalisis puisi “Jendela” karya Joko Pinurbo.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Puisi
Menurut Pradopo (2005: 1), puisi dalam pengertian lama
adalah karangan terikat, sedangkan puisi dalam pengertian baru yaiitu karangan
terikat tetapi oleh hakikatnya sendiri atau lebih berdasarkan pada hakikat
puisi bukan sarana kepuitisan. Jadi puisi adalah ucapan atau ekspresi tidak
langsung (ucapan ke inti pati masalah peristiwa ataupun narasi).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman dalam bahasa berirama dalam bentuk tulisan atau lisan yang selalu mengikuti perubahan dan perkembangan zaman sesuai dengan selera dan estetikanya.
Puisi adalah suatu bentuk tulisan yang lahir dari bakat dan kreatifitas sang penulis. Ungkapan isi hati dan perasaan seseorang dapat dilukiskan dalam rangkaian bait-bait kalimat yang indah. Ada banyak tema yang dapat diangkat dalam penulisan puisi seperti cara pandang kita tentang hidup dan kompleksitasny, fenomena yang terjadi disekeliling kita, bagaimana gambaran terhadap apa atau siapa yang kita puja dan tentu saja tema klasik yang tak pernah mati.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman dalam bahasa berirama dalam bentuk tulisan atau lisan yang selalu mengikuti perubahan dan perkembangan zaman sesuai dengan selera dan estetikanya.
Puisi adalah suatu bentuk tulisan yang lahir dari bakat dan kreatifitas sang penulis. Ungkapan isi hati dan perasaan seseorang dapat dilukiskan dalam rangkaian bait-bait kalimat yang indah. Ada banyak tema yang dapat diangkat dalam penulisan puisi seperti cara pandang kita tentang hidup dan kompleksitasny, fenomena yang terjadi disekeliling kita, bagaimana gambaran terhadap apa atau siapa yang kita puja dan tentu saja tema klasik yang tak pernah mati.
2.2 Pengertian Struktural
Menurut Pradopo (2005: 118), karya sastra merupakan sebuah
struktur. Struktur disini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan
unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang
timbale balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan
hanya berupa kumpulan atau tumpukan hala-hal atau benda-benda yang terdiri
sendiri-sendiri melainkan hal-hal itu saling terikat, saling terikat dan saling
bergantungan.
Dalam pengertian struktur ini (Pradopo, 2005: 118), terlihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (self-regulation).
Dalam pengertian struktur ini (Pradopo, 2005: 118), terlihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (self-regulation).
Sedangkan strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara
berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan atau
deskripsi struktur-struktur. Menurut fikiran strukturalisme, dunia (karya
sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang) lebih merupakan susunan
hubungan dari pada susunan benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur
dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya
ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam
struktur itu.
Dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa struktural adalah unsur-unsur dan fungsi dalam struktur dan penguraian bahwa tiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa struktural adalah unsur-unsur dan fungsi dalam struktur dan penguraian bahwa tiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
2.3 Pengertian Semiotik
Menurut Pradopo (2005: 121), semiotik merupakan sistem
ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian
masyarakat). Lamabang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa
satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti konvensional masyarakat.
Teori semiotik tidak terlepas dari kode-kode untuk member makna terhadap tanda yang ada dalam karya sastra. Kode-kode merupakan objek semiotik sebab kode-kode itu merupakan sistem-sistem yang mengatasi dan menguasai pengirim dan penerima tanda atau manusia pada umumnya (Pradopo, 1995: 26).
Teori semiotik tidak terlepas dari kode-kode untuk member makna terhadap tanda yang ada dalam karya sastra. Kode-kode merupakan objek semiotik sebab kode-kode itu merupakan sistem-sistem yang mengatasi dan menguasai pengirim dan penerima tanda atau manusia pada umumnya (Pradopo, 1995: 26).
Teori semiotik memperhatikan segala factor yang ikut
memainkan peranan dalam komunikasi, seperti factor pengirim tanda, penerimaan
tanda, dan struktur tanda itu sendiri.
Berdasarkan pejelasan diatas diketahui karya sastra itu merupakan struktur bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempunyai makan yang mempergunakan medium bahasa. Dalam usaha menangkap, member, dan memahami makna yang terkandung didalam karya sastra, pembacalah yang sangat berperan. Karya sastra tidak akan mempunyai makna tanpa ada pembaca yang memberikan makan kepadanya.
Berdasarkan pejelasan diatas diketahui karya sastra itu merupakan struktur bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempunyai makan yang mempergunakan medium bahasa. Dalam usaha menangkap, member, dan memahami makna yang terkandung didalam karya sastra, pembacalah yang sangat berperan. Karya sastra tidak akan mempunyai makna tanpa ada pembaca yang memberikan makan kepadanya.
Menurut Hawkes dalam
Najid (2003: 42) Strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia yang
menekankan pada persepsi struktur dan deskripsi struktur. Jadi, yang menjadi
konsep dasar teori strukturalisme adalah adanya anggapan bahwa di dalam dirinya
sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami
sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling
berjalinan (Pradopo dkk dalam Jabrohim, 2003: 54). Anggapan teori
strukturalisme yang memandang bahwa struktur itu harus lepas dari unsur lain
memunculkan adanya kajian semiotik. Karena kajian semiotik juga tidak dapat
sepenuhnya lepas dari struktur maka kajian ini akhirnya disebut dengan kajian
struktural semiotik.
BAB III
PEMBAHASAN
Analisis
puisi “Jendela” karya Joko Pinurbo
Secara garis besar
puisi ini bertemakan kenangan. Karena didalam puisi tersebut menceritakan
seorang tokoh bersama anaknya membayangkan kenangan yang pernah mereka lalui
bersama. Kemudian mereka yang diceritakan mengenang masa lalu yang pernah
mereka alami bersama. Hal ini dibuktikan adanya kalimat “tubuh kenangan serasa
bergoyang ke kanan ke kiri.” Ini adalah hal pertama yang menjelaskan bahwa
puisi ini berisi sebuah kenangan yang pernah si tokoh alami. Selanjutnya terdapat
satu larik “Rasanya pernah kudengar suar byuurrr
dalam tidurmu yang pasrah, Bu.” Pada
larik ini terdapat kata pernah. Kata
pernah merupakan pernyataan sesuatu yang pernah dialami.
Dari segi sudut
pandang. Dalam puisi ini penulis memposisikan diri sebagai pengamat atau sudut
pandang orang ketiga, yang mengamati
tokoh yang penulis ceritakan dalam puisinya hal ini dapat diartikan dalam larik
“Di jendela tercinta ia duduk-duduk”, larik inilah yang mengartikan bahwa
posisi penulis adalah sebagai orang ketiga. Dalam puisi tersebut menceritakan
dua orang yaitu orang tua dalam hal ini adalah sang ibu bersama anaknya.
Mengapa dikatakan sang ibu dan anak? Karena di bait selanjutnya terdapat
kalimat “bersama anaknya yang sedang beranjak dewasa.” Kutipan ini menjelaskan
bahwa ia adalah orang tua. Sedangkan ibu dapat kita artikan dari larik “Rasanya
pernah kudengar suar byuurrr, dalam tidurmu yang pasrah, Bu.” Disebutkan bu
yang berarti ibu. Jadi puisi ini bercerita tentang anak dan ibu.
Jendela tercinta tempat
favorit mereka. Tempat favorit untuk mengenang. Dimana tokoh dan sang ibu dapat
merasakan dan menghadirkan hal yang pernah mereka bersama lalui dahulu.
Jendela sebagai sesuatu yang bisa
dibuka, sesuatu yang dapat membuka serta melihat sesuatu yang luas. Dalam puisi
ini konteksnya sesuatu tersebut adalah kenangan yang dialami tokoh. Jadi secara makna dapat diartikan beberapa bahwa
dijendela adalah tempat favorit tokoh yang diceritakan dan dapat diartikan juga
bahwa sesuatu yang dapat dibuka dilihat dengan luas hal ini adalah kenangan.
Dari bait “Mereka
ayun-ayunkan kaki, berbincang, bernyanyi
dan setiap mereka
ayunkan kaki
tubuh kenangan serasa bergoyang
ke kanan ke kiri.”
Dapat diartikan sebagai
sesuatu yang benar-benar terjadi atau kegiatan. Mereka sedang mengayun-ayunkan
kaki, berbincang dan bernyanyi, dan saat mereka ayunkan kaki hadir sebuah
kenangan yang utuh atau mengingatkan mereka terhadap sesuatu. “tubuh kenangan”
dapat diartikan bahwa tubuh itu lengkap , ‘tubuh kenangan’ berarti sesuatu yang
lengkap atau kenangan yang lengkap. ‘tubuh kenangan’ juga dapat diartikan
sesabagai sesorang. Tubuh disini melukikaskan seorang. ‘tubuh kenangan’ berarti
sesorang yang sedang mereka kenang. Jadi bait diatas dapat diartikan bahwa
mereka sedang melakukan kegiatan berbincang, bernyanyi serta mengayun-ayunkan
kaki. Dan saat merka seperti itu mereka dapat mengenang sesuatu atau mengenang
seseorang dalam hidup.
Saat mereka mulai
tenggelam dalam kenangan mereka semakin jelas mengingat Sesuatu itu. Mereka
sangat ingat yang pernah terjadi dulu. Bukti kutipan “Mereka memandang takjub
ke seberang” kalimat ini dapat diartikan juga mereka tidak dapat berkata-kata lagi
tentang yang pernah terjadi di masalalu hingga benar-benar membuat mereka
takjub.
Kenangan itu membawa luka yang sangat
dalam. Bahkan sesuatu yang indah dalam hidup mereka sirna begitu saja dan
berlalu dengan sangat mengenaskan. Hal tersebut melalui proses yang sangat
panjang dan menyakitkan bagi si tokoh. Dapat dilihat dalam kutipan
“melihat bulan menggelinding di gigir
tebing,
meluncur ke jeram sungai yang dalam,
byuuurrr….”
Dari kutipan diatas
kita dapat analisis bulan adalah sesuatu yang indah yang menerangi dimalam
gelap. Bahkan tempatnya sangat tinggi tetapi dalam puisi ini dikatakan sang
bulan terjatuh dengan menggelinding melalui gigir tebing. Bulan yang letaknya
tinggi, jatuh melewati tebing maka dapat kita artikan sebagai sesuatu yang
sangat menyakitkan. Sesuatu yang indah yang tinggi hilang begitu saja dengan
cara menyakitkan. Telah disampaikan diatas bahwa bulan adalah sesuatu yang
bersinar dimalam gelap dalam konteks mengenang ini dapat diartikan sebagai
sosok atau suatu hal yang menerangi. Sosok
yang ditinggikan dan dijadikan panutan dan penerang seperti bulan.
Bulan tetapi meluncur
dan tenggelam ke jeram sungai yang dalam. Tentu jika sesuatu diatas yang
bersinar indah atau ditinggikan tenggelam dalam jeram sungai yang dalam maka
itu sangat menyakitkan. Sakit yang sangat amat dirasa. Sakit yang tidak pernah
dibayangkan. Bahkan benar-benar sakit. Sesuatu yang benar-benar sakit dapat
dikaitkan dengan adanya kata ‘byur’ dalam puisi tersebut. Jadi sesuatu yang indah
yang tinggi jatuh dengan cara yang sangat
Menyakitkan dan benar-benar mengejutkan
hingga byurr bulan itu jatuh dan sangat perih.
Hal
tersebut dapat dikuatkan pada bait selanjutnya yang menyatakan bahwa mereka
hidup sendiri berdua yang semakin menguatkan bait diatas bahwa mereka
kehilangan sosok yang ditinggikan bisa jadi adalah ayah. Karena dalam keluarga
setidaknya ada ayah, ibu dan sang anak. Ayah adalah panutan yang menjadi
penerang seperti bulan tetapi pergi meninggalkan mereka berdua dengan cara yang
menyakitkan dan menyisahkan luka juga trauma.
Dalam
kalimat “Sesaat mereka membisu. Gigil malam mencengkeram bahu.” Dalam
menghadapi hal tersebut mereka hanya bisa pasrah dan diam membisu. Atau dapat
diartikan juga bahwa saat mengenang kenangan yang pahit sampai membuat mereka
tak dapat berkata-kata lagi. Malam yang dingin adalah suatu suasana tetapi
dapat mencengkeram, dapat diartikan jika mereka mengingat kenangan tersebut mereka
dapat merasakan sakitnya walau hanya mengenang tapi sakitnya begitu terasa.
“Rasanya pernah kudengar suar byuurrr
dalam tidurmu yang pasrah, Bu.”
Dalam kutipan ini dapat
diartikan bahwa sang anak bisa merasakan sakitnya hati sang ibu dan sang ibu
hanya mampu pasrah. Pasrah dalam keadaan hal ini diterjemahkan dari kata ‘tiudrmu,
tidur yang dapat diartikan sebagai keadaan. Keadan pasrah karena tidak bisa
melawan.
“Pasti
hatimulah yang tercebur ke jeram hatiku, ”
Timpal si ibu sembari
memungut sehelai angin
yang terselip di leher
baju.
Dalam kutipan ini dapat
diartikan bahwa sang ibu memberikan semangat pada anaknya. Bahwa hati sang
anaklah yang jatuh dalam kasih sayang ibu. Dalam kutipan ini kita dapat
merasakan bahwa ibu menyatakan bahwa ia baik-baik saja pada sang anak. Hanya
saja yang sang anak lihat terlalu kasian pada ibunya. Karena sang anak benar
saying ibu dan hati sang anaklah yang sebenarnya terjebur dalam hati ibu.
Hingga sang anak terlalu kawatir pada ibunya. Dapat dilihat dalam kalimat “Pasti hatimulah yang tercebur ke jeram
hatiku,” kita dapat merasakan bahwa sang ibu memastikan bahwa iya baik.
Sang anak berpikir demikian karena terlalu saying pada ibunya (hati sang anak
telah terjebur dalam hati ibu). Dalam kutipan diatas dapat kita artikan bahwa
sang ibu mencoba tegar dengan keadaan. Dengan sisa-sisa kebahagiaan bersama
anaknya saja ia tetap menikmati. Kita dapat artikan hal ini dari kalimat
“Timpal si ibu sembari memungut sehelai angin yang terselip di leher baju.”.
angina tetapi terselip dileher baju. Padahal disekeliling kita angin sesuatu
yang ada tetapi tidak bisa disentuh. Sama seperti kebahagiaan yang seharusnya
lengkap tetapi tidak bisa mereka ambil dan rasakan. Dan angin terselip dileher
baju. Padahal lipatan leher baju sangat sempit dan dalam kesempitan itu dapat dipungut
sang ibu. Artinya walau kebahagiaan yang sangat sempit sang ibu tetap menikmati
kebahagiian bersama anaknya. Kata ‘Memungut’ lah yang diartikan sebagai tetap
menikmati sesuatu yang kecil.
Di rumah itu mereka
tinggal berdua.
Bertiga dengan waktu. Berempat
dengan buku.
Berlima dengan
televisi. Bersendiri dengan puisi.
Dalam kutipan ini
menunjukkan bahwa mereka memang hanya hidup berdua tidak sama dengan keluarga
pada umumnya seperti telah dijelaskan dalam paragraph diatas. Bersendiri dengan
puisi dapat diartikan bahwa dengan berpuisi mereka yang hanya berdua dapat
mengekspresikan sendiri perasaannya. Hanya ia dan perasaannya. Untuk itu
ditulis “bersendiri dalam puisi”.
“Suatu
hari aku dan Ibu pasti tak bisa lagi bersama.”
“Tapi
kita tak akan pernah berpisah, bukan?
Kita adalah cinta yang berjihad melawan
trauma.
Dalam kutipan
percakapan sang anak ini tidak ada tanda yang menyimpan arti. Dapat dirasakan
langsung bahwa sang anak menyadari bahwa suatu hari nanti mereka akan berpisah.
Tetapi hati mereka tak akan pisah. Karena mereka adalah sama-sama hati yang
saling mencintai dan melawan trauma sakit karena masalalu. Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma. Kalimat ini
merupakan tanda yang harus diartikan. Kalimat ini masih menjelaskan kalimat sebelumnya.
Menagapa sebelumnya sang anak mengatakan bahwa meskipun mereka berpisah tetapi
mereka akan tetap bersama? Karena mereka saling mencintai dan akan saling
menemani dalam menghadapi trauma yang menimpa mereka dimasa lalu. Hal tersebut
merupakan arti dari kalimat Kita adalah
cinta yang berjihad melawan trauma.
Kemudian setelah larut
malam mereka berhenti mengkhayal atau mengenang atau dapat juga benar-benar
kegiatan sedang mengayun-ayunkan kaki, berbincang dan bernyanyi kemudian
sama-sama ingat masalalu yang hadir saat melakukan aktivitas tersebut (seperti
yang telah disampaikan diatas). Mereka menyudahi hal tersebut karena larut
malam. Hal ini dapat diartikan dari kutipan “Selepas tengah malam mereka pulang
ke ranjang”. “dan membiarkan jendela tetap terbuka” dapat diartikan bahwa
mereka memutuskan tidur ditempat favorit mereka tersebut (karena jendela tadi
dapat diartikan atau tanda yang berarti tempat favorit). Atau dapat diartikan
juga mereka membiarkan kenangan masa lalu it uterus memutar dalam ingatan dan
mengantarkan tidur (karena jendela tadi dapat diartikan sebagai kenangan yang
terbuka luas yang dapat dilihat).
Siapa tahu bulan akan melompat ke dalam,
menerangi
tidur mereka yang bersahaja
seperti
doa yang tak banyak meminta.
Dalam kutipan ini terdapat
banyak tanda. Dalam kalimat Siapa tahu
bulan akan melompat ke dalam,bisa diartikan bahwa mereka berharap meskipun
hanya harapan kecil yang bahkan terkesan lucu yaitu mengharapkan sang bulan
kembali datang (melompat dari jeram sungai yang dalam) masuk dalam kehidupan
mereka lagi. Dan sang bulan itu dapat menerangi kembali dalam kehidupan mereka
yang sederhana. Atau dapat juga diartikan bahwa tidur adalah kegiatan yang tak
sadar maka menjelang tidur mereka membayangkan bahwa sang bulan kembali hadir menemani
mereka dalam kehidupan yang sederhana. Sama
seperti doa yang tak banyak
meminta. Karena doa itu sederhana tak mahal. Sekalipun hanya berharap yang
tak pasti dan tak mungkin tapi tidak salah dalam doa. Dapat diartikan dari bait
seperti doa yang tak banyak meminta.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Dari analisis
puisi “Jendela” karya Joko Pinurbo dengan pendekatan struktural semiotik
didapatkan pemaknaan yang lebih konkret dalam puisi tersebut. Makna dalam puisi
tersebut dari analisis pendekatan strucktural semiotik adalah :
Ada seorang ibu dan anaknya, ia sedang duduk ditempat
favorit mereka sambil bernyanyi, bercerita, dan mengayun-ayunkan kaki saat
seperti itu kenangan mereka hadir bersamaan dengan ayunan-ayunan kaki. Mereka berdua
dapat mengenang sebuah kenangan yang sangat jelas dan tidak akan terlupakan.
Kenangan yang begitu pahit dan menyedihkan. Saat dimana mereka berdua
ditinggalkan dan kehilangan sosok yang mereka tinggikan dan agungkan yang
seharusnya menjadi penerang seperti bulan di malam gelap. Dia harus pergi
meninggalkan mereka berdua dengan cara yang sangat menyakitkan. Begitu sakitnya
hingga mereka tidak dapat berkata-kata lagi saat mereka mengingat peristiwa
itu. Sang anakpun mengatakan pada ibunya ia bisa merasakan apa yang sang ibu
raakan. Namun sang ibu hanya diam, begitu yang diungkapan sang anak. Tetapi
sang ibu menyalahkan bahwa pikiran seperti itu salah yang ada si anaklah yang
terlalu jatuh cinta mendalam kepada sang ibu hingga sang anak mengkhawatirkan
yang tak seharusnya perlu dikhawatirkan. Jawab sang ibu yang mencoba tegar.
Mencoba berdamai dan berbahagia bersama sang anak. Berbahagia dalam sepi. Dan
mencoba membangun kebahagiaan yang tersisa.
Tak seperti keluarga pada umunya yang lengkap atas
kehadiran ayah, ibu dan anak namun mereka hanya berdua, hanya ada sang ibu dan
anak. Mereka berdua saling menemani dalam melewati cobaan yang dihadapi. Dan
dengan berpuisi mereka dapat jujur pada perasaan sendiri apa yang mereka
rasakan. Sang anakpun menyadari bahwa suatu hari nanti mereka akan berpisah dan
tak akan bersama lagi. Namun, sekalpiun berpisah mereka tak akan benar-benar
berpisah. Karena mereka berdua adalah sepasang hati yang sama-sama berjuang
berjuang melawan trauma masalalu.
Saat malam bertambah malam merekapun menyudahi mengenang
yang begitu dalam merekapun beranjak tidur ditempat mereka mengenang tadi. Dan
mereka membiarkan jendela (kenangan) itu memutar dengan damai dalam ingatan
menemani mereka tidur. Mereka mengandai-andai siapa tahu sosok ayah yang
dirindukan itu hadir kembali dan kembali menerangi keluarga itu. Dalam doa
mereka berdoa seperti itu walau mereka tau akan mustahil hal tersebut. Tapi
seperti doa yang tidak pernah salah mereka tidak takut berdoa dan berharap
dalam tidur mereka yang bersahaja.
4.2
Saran
Dalam
menganalisis makalah ini penulis menemukan berbagai kekurangan. Banyaknya tanda
yang ada yang mewakili perasaan penulis membuat susahnya puisi ini dimengerti.
Apalagi untuk orang awam. Agar puisi lebih dapat tersampaikan makna yang ingin
diungkapan, seharusnya bahasa yang digunakan lebih ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Djoko Rahmat.
2007. Pengkajian Puisi. Jogjakarta :
UGM Press
_______ , 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya.
Jogjakarta : UGM Press
(diakses : 6 juli
2017)
(diakses : 6 juli 2017)
LAMPIRAN
Jendela
Di jendela tercinta ia duduk-duduk
bersama anaknya yang sedang beranjak
dewasa.
Mereka ayun-ayunkan kaki, berbincang,
bernyanyi
dan setiap mereka ayunkan kaki
tubuh kenangan serasa bergoyang ke kanan
ke kiri.
Mereka memandang takjub ke seberang,
melihat bulan menggelinding di gigir
tebing,
meluncur ke jeram sungai yang dalam,
byuuurrr….
Sesaat mereka membisu.
Gigil malam mencengkeram bahu.
“Rasanya pernah kudengar suara byuurrr
dalam tidurmu yang pasrah, Bu.”
“Pasti hatimulah yang tercebur ke jeram
hatiku,”
timpal si ibu sembari memungut sehelai
angin
yang terselip di leher baju.
Di rumah itu mereka tinggal berdua.
Bertiga dengan waktu. Berempat dengan
buku.
Berlima dengan televisi. Bersendiri
dengan puisi.
“Suatu hari aku dan Ibu pasti tak bisa
lagi bersama.”
“Tapi kita tak akan pernah berpisah,
bukan?
Kita adalah cinta yang berjihad melawan
trauma.”
Selepas tengah malam mereka pulang ke
ranjang
dan membiarkan jendela tetap terbuka.
Siapa tahu bulan akan melompat ke dalam,
menerangi tidur mereka yang bersahaja
seperti doa yang tak banyak meminta.
(2010)
Diambil dari antologi
puisi Baju Bulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar