Jumat, 12 Mei 2017

analisis teks drama "pendekatan objektif dari naskah drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Kata ‘drama’ berasal dari kata Greek (bahasa yunani) ‘dralen’ yang diturunkan dari kata ‘draomai’yang semula berarti berbuat, bertindk, dan beraksi (to do, to act). Dalam perkembangan selanjutnya, kata ‘drama’ mengandung arti kejadian, risalah, dan karangan.
Istilah drama mempunyai pengertian yang luas dan bermacam-macam :
Dalam “Dictionary of  World Literature” (Josept T.Shipley, 1962: 105) istilah drama berarti segala pertunjukan yang memakai mimic (any kind of mimetic performace). Berdasarkan batasan ini permainan lawak, sulap, sirkus, patomim, upacara-upacara keagamaan pada masyaraat primitive, dan improvisasi yang tidak menggunakan kata-kata secara verbal adalah termasuk drama.
            Seorang pengarang membuat drama dapat dari sisi kehidupan yang sedih, senang ataupun perpaduan dari sedih dan senang. Sisi yang dilukiskan pengarang juga dapat melukiskan kondisi masyarakat saat itu. Namun banyak juga drama yang suasananya tidak dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatnya.
Drama adalah sebuah genre sastra yang menampilkan dialog atau cakapan di antara tokoh-tokoh yang ada. Selain itu, lazimnya sebuah karya drama juga memperlihatkan adanya semacam petunjuk pemanggungan yang akan memberikangambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh (Wahyudi, 2006: 95). Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera. Drama merupakan jenis karya sastra yang kompleks, karena dalam setiap pementasan drama disuguhkan berbagai jenis keterampilan dan implementasi sebuah makna kehidupan manusia.
Karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur ada karena adanya unsur-unsur yang membangun. Unsur-unsur pembentuk drama ada dua, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur  karya sastra drama meliputi lakon atau cerita, pemain, tempat, dan penonton atau publikMakalah ini menganalisis naskah drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” menggunakan teori Abrams melalui pendekatan objektif. pendekatan objektif sendiri sama dengan analisis structural. Yaitu fokus pada karya itu sendiri. Pendekatan objektif ini membahas bagaimana unsur-unsur dalam karya tersebut terjalin. Semakin berkaitan antara unsur satu dengan yang lain maka karya tersebut sangat baik jika dilihat melalui pendektan objektif itu sendiri.


1.2  Rumusan Masalah
1)      Apa saja pendekatan-pendekatan dalam karya sastra yang dikemukakan oleh Abrams ?
2)       Bagaimana analisis pendekatan objektif dari naskah drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor?

1.3  Tujuan Penulisan
1)      Dapat mengetahui pendekatan-pendekatan dalam teori Abrams
2)      Dapat mengetahui analisis pendekatan objektif dari naskah drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor
1.4  Manfaat penulisan
Dapat mengetahui analisis pendekatan objektif  dalam naskah drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Teori Abrams
Berbicara tentang teori sastra, salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah M.H. Abrams. Dalam artikelnya yang berjudul Orientation of Critical Theory  Abrams mencoba menawarkan satu kerangka berpikir untuk memahami proses penciptaan satu karya. Kerangka tersebut terdiri dari artis/seniman, karya, semesta, dan penikmat seni/audience. Untuk memudahkan analisis tersebut Abrams mengacak keempat elemen tersebut ke pola segitiga di mana karya seni berada di tengah sebagai hal/objek yang akan dijelaskan.
Menurut Abrams keempat kordinat ini tidak selalu tetap, melainkan berubah, keempat-empatnya sangat penting tergantung dari apa yang kemudian ingin diteliti. . Dengan demikian, model Abrams sangat bermanfaat untuk memahami secara lebih baik keanekaragaman teori sastra(Teeuw,1984).
1.      Pendekatan  Objektif
Pendekatan objektik adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Yang jelas penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya. Karena patokan pendekatan objektif sudah jelas, maka sering sekali pendekatan ini di sebut dengan pendekatan struktural.
2. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ini dititik beratkan pada eksistensi pengarang sebagai pencipta karya seni. Sejauh manakah keberhasilan pengarang dalam mengekspresikan ide-idenya. Karena itu, tinjauan ekspresif lebih bersifat spesifik. Dasar telaahnya adalah keberhasilan pengarang mengemukakan ide-idenya yang tinggi, ekspresi emosinya yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi satu karya yang bernilai tinggi.
Komposisi dan ketepatan peramuan unsur-unsur ekspresif di sini akhirnya menjadi satu unsur sentral dalam penilaian. Karya sastra yang didasari oleh kekayaan penjelmaan jiwa yang kompleks tentunya mempunyai tingkat kerumitan komposisi yang lebih tinggi dibanding dengan karya sastra yang kering dengan dasar jelmaan jiwa.
3. Pendekatan Mimetik
Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata. Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang terhadap realitas kehidupan atau realitas alam. Hal tersebut didasarkan pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang dilihatnya. Potret tersebut bisa berupa pandangan, ilmu pengetahuan, religius yang terkait langsung dengan realitas. Pengarang, melalui karyanya hanyalah mengolah dari apa yang dirasakan dan dilihatnya. Itulah sebabnya ide yang dituangkan dalam karyanya tidak bisa disebut sebagai ide yang original. Semuanya hanyalah tiruan (mimetik) dari unsur-unsur kehidupan nyata yang ada.
4.      Pendektan Pragmatik (Reseptif)
Pendekatan pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Pada tahap tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasan, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori reseptif, teori sastra yang memungkan pemahaman hakikat karya tanpa batas.
Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronis maupun diagkronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca, sebab semata-mata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayan khazanah kultural bangsa.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Analisis Naskah  Drama dengan Pendekatan Obyektif
·         Sinopsis
Drama ini bercerita tentang sebuah kehidupan di area pabrik. Tokoh Yang ada dalam naskah drama ini adalah Penjaga Malam, Si Pendek, Si Tua, Si Peci, Simbok, Si Kacamata, Si Kurus, Pemuda, Perempuan, Si Sopir. Bermula dari jam istirahat bagi pekerja pabrik dimulai. Kemudian tiap tokoh saling bercakap-cakap dan istirahat sambil makan siang di warung pecel simbok. Dalam obrolannya mereka membicarakan tentang masalah-masalah hangat yang ada dimasyarakat. Seperti, masalah harga kebutuhan pokok yang naik, korupsi yang merajalela, hingga gaji buruh yang tidak kunjung naik waulaupun kebutuhan semakin mahal.
            Kemudian datang seorang pemuda yang bergabung dan makan. Hingga jam istirahat berakhir dan semua pekerja kembali bekerja serta membayar makanannya satu per satu. Tinggalah pemuda itu sendiri menghabiskan makanannya dengan lahap. Sama seperti pelanggan yang lain dia menanyakan jumlah makanannya, saat hampir membayar Si Pemuda mengatakan bahwa dompetnya ketinggalan. Tetapi Simbok tidak langsung percaya arena beliau sering sekali ditipu. Kemudia Pemuda menjelaskan bahwa dia adalah warga pendatang di desa ini dan tidak berniat berbohong apalagi tidak membayar makanannya. Dia terus menjelaskan dan meminta izin untuk mengambil uangnya di rumah. Namun simbok bersikuku tetap tidak percaya dengan ucapan pemuda hingga memicu keributan. Mendengar hal tersebut satu per satu pekerja datang dan ikut menangani masalah ini.
            Tiap tokoh mengintrogasi dengan memberi pertanyaan-pertanyaan dan pemuda selalu pandai menjawab pertanyaan tersebut. Hingga datang seorang wanita yang akan membayar makanan pemuda. Tapi tokoh lain tidak ingin masalah itu sesederhana itu selesai. Karena jika dibiasakan melepaskan pembohong maka akan berbahaya. Akhirnya mereka mencapai kesepakatan untuk menyita baju pemuda sebagai jaminan. Dan semua pekerja kembali bekerja.
Setelah semua pekerja kembali bekerja pemuda menceritakan perjalanan hidupnya. Bahwa ia dari desa pergi kesini untuk mencari pekerjaan namun tak kunjung dapat. Ia menjelaskan bahwa sama sekali ia tak ingin berbohong. Tetapi dia belum makan selama dua hari. Mendengar cerita itu simbok sangat trenyuh dan teringat oleh anaknya. Kemudian memberikan kembali baju pemuda tanpa syarat. Si Pemuda kemudia pergi dan berterimakasih kepada simbok.
Setelah kepergian sipemuda masuklah penjaga malam dan bercerita bahwa pemuda yang kurus dan mengenakan baju lurik adalah pemuda sama yang biasa menipu dimana-mana. Mndengar itu simbok hanya bisa menelan ludah.

Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa analisis pendekatan objektif adalah analisis dengan mengkaji unsur-unsur dalam karya itu sendiri. Unsur tersebut adalah :

1.      Tema
Tema meruapakan ide pokok cerita. Tema juga disebut sebagai gagasan ide atau pokok pikiran dalam suatu cerita. Dalam penyampaian tema pengarang tidak langsung menyebutkannya tetapi menjadi tugas pembaca untuk smencari suatu tema dalam sebuah cerita.
Dalam naskah drama berjudul “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” bertema tentang kehidupan sosial masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan percakapan antar tokoh yang berbicara tentang bahan pokok yang naik, korupsi yang merajalela, gaji yang tidak naik, ekonomi yang sulit hingga adanya penipuan dimana-mana.












2.      Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam sebuah drama merupakan para pemeran atau pelaku dalam sebuah cerita dalam drama. Tokoh dalam drama yaitu:

No.
Nama Tokoh
Karakter/Watak
1.
Penjaga Malam
Memiliki pribadi yang suka mengeluh.
Bukti : “Uuuuuh, gara-gara pencuri, aku jadi kesiangan.”
2.
Si Pendek
Memiliki pikiran yang jauh kedepan. Si Pendek tidak suka mengeluh deengan keadaan
Bukti : “…Menurut saya, sangat tidak baik kalau kita tak henti-hentinya mengeluh sementara masalah yang lebih penting pada waktu ini sedang gawat menantang kita ...”

Si Pendek juga pejuang tangguh hal ini dibuktikan bahwa dia mengajak teman-temannya untuk bekerja lebih giat lagi.
Bukti  percakapan : “apalagi melamun dan mengkhayal, sekarang yang penting kita bekerja, bekerja yang keras.”
3.
Si Tua
Memiliki pribadi yang suka mengeluh.
Bukti : “Dulu (batuk-batuk), dulu saya hanya membutuhkan uang sepeser untuk sebungkus nasi.”
Si tua juga terpaku pada masalalu dan membanding-bandingkan masalalu dengan sekarang.
Bukti : “Ya, jaman Belanda. Untuk sehelai kemeja saya hanya membutuhkan uang sehelai rupiah.
Hal ini dapat menunjukkan alasan penulis memberi nama Si Tua. Sesuai sifatnya yang berpikiran kolot seperti orang tua dan terpaku pada hal-hal masa lalu
4.
Simbok
Merupakan tokoh utama dalam drama ini. Simbok yang mendapat suatu masalah yang  membuat drama ini memiliki konflik. Dalam drama ini simbok merupakan penjual pecel yang berjualan di area pabrik.
Simbok memiliki karakter keibuan yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan sifatnya yang tidak tega saat pemuda menceritakan kehidupannya simbok teringat anaknya. Hal ini juga menunjukkan bahwa simbok memiliki hati yang  lembut dan mudah iba seperti ibu-ibu pada umumnya. Dapat dibuktikan dengan beberapa percakapannya “Tidak, saya ingat anak saya.
Saya percaya sebab itu kau harus mau menerima baju kembali.
Selain itu simbok juga memiliki sifat yang tidak teliti tetap segala sesuatu. Simbok tidak langsung mudah tertipu sebelum akhirnya hatinya luluh
Bukti :  Hei, nanti dulu. Bayarlah baru kau boleh pergi.
5.
Si Peci
Memiliki sikap penyelidik dan kritis terhadap apa yang dihadapinya hal ini terbukti dengan beberapa percakapannya
Kenapa tidak membayar?” “Ketinggalan di mana?
Selain itu si Peci cukup tegas, saat meminta baju pemuda sebagai jaminan kemudian si pemuda berkata bahwa ia tidak berkaos tapi si peci tetap memaksa meminta
Bukti : “Tak perduli. Tanggalkan.
6.
Si Kurus
Memiliki sikap paling cepat tanggap. Hal ini buktikan saat pertama keributan terjadi diantara pekerja lain yang pertama peduli dengan keadaan tersebut adalah si kurus. Dia juga memiliki sifat tegas saat menghadapi masalah dibuktikan dengan beberapa dialognya
Ya, tapi jangan main minggat-minggatan.
Simbok mengijinkan?” ” Simbok memperbolehkan engkau pergi?
7.
Si Kacamata
Memiliki pendirian yang tidak kuat. Hal ini diperlihatkan dia sangat mengeluh dengan keadaan perekonomian sekarang. Ia juga setuju saat salah satu temannya menjelaskan bahwa kita harus berhati-hati dengan mulut yang licin. Tetapi saa temannya mengajak untuk tidak mengeluh karena keadaan zaman sekarang lebih baik misalnya sekarang semua orang dapat mendengarkan radio. Si kacamata juga setuju.
Ia juga suka berangan-angan, bukti percakapan
Saya ingin anak saya memiiki yamaha bebek.
8.
pemuda
Pemuda merupakan actor utama dalam cerita ini. Ia sebagai tokoh yang memicu adanya permasalahan dalam drama tersebut. Pemuda ini adalah pembohong, namun sangat dapat mempengaruhi atau meyakinkan tokoh lain. Bahkan saat diinterogasi warga setempat dia mampu menjawab banyak pertanyaan. Saat beberapa kali dia salah menjawab dia masih bisa tenang memberi alasan bahwa ia orang baru dikampung tersebut. Hal ini memperlihatkan bahwa ia sangat pandai berbicara.
Bukti percakapan. Dia juga bermuka dua untuk berakting didepan simbok agar menyerahkan baju yang disitanya tanpa syarat.
Saya mau membayar, uang saya ketinggalan.” (pandai beralasan)
Saya orang baru.” (pandai mengelak)
Tidak Mbok, bukan maksud saya minta dikasihani, saya hanya ingin menceritakan dan saya hanya ingin mengatakan bahwa hati saya bersih.” Meyakinkan korbannya untuk dibohongi lagi
9.
Perempuan
Dia seorang tokoh sampingan yang menggangap remeh permasalahan tapi juga mudah kasian kepada orang lain. Bukti percakapan “Ah, sedikit. Baiklah, jangan ribut-ribut. Kasihan. (mengambil uang dari tasnya) Ini Mbok seratus rupiah” penulis juga menyiratkan bahwa ia tidak begitu peduli. Setelah membayar uang ia berlalu begitu saja.
10.
si Sopir
Si sopir meruapakan orang yang bijaksana ia menasehati pemuda dengan memberi cerita hidupnya sediri dengan pelajaran-pelajaran yang berharga. Dia seorang mampu mengambil hikmah dari kehidupan masalalunya. Dia juga seorang yang tegas, bukti “Jangan malu-malu (keras) copot!







3.      Alur
                  Menurut Riris K. Sarumpet (1984:4) dalam Analisis Drama dan teater menyebutkan bahwa alur ialah rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan hokum sebab akibat dan merupakan pola, perkaitan peristiwa yang menggerakan jalannya cerita kearah pertikaian dan penyelesaian.
                  Dalam naskah drama ini menggunakan alur maju dan padat dikarenakan penulis mencerikan peristiwa runtut maju tanpa menarik pembaca untuk dibawa ke masa lalu. Dikatakan padat karena dalam alur cerita ini tidak terdapat sisipan atau menceritakan cerit lain, namun mengalir lurus.
                  Struktur yang membangun alur dalam naskah ini sebagai berikut :
a.       eksposisi (pengenalan)
Dalam naskah ini cerita dimulai dengan kehipun awal di area pabrik. Digambarkan saat jam istirahat para pekerja sedang makan siang di warung simbok. Pada tahap ini mereka membicarakan keadaan ekonomi masyarakat, isu-isu pemerintahan dan politik.
b.      Komplikasi (pemunculan masalah
Pada tahap ini penulis mulai memunulkan masalah yang akan dialami tokoh. Dalam naskah drama ini bagian komplikasi diceritakan dengan ada seorang pemuda asing yang ikut bergabung makan di warung simbok dan bergabung dengan para pelanggan. Setelah jam istirahat berbunyi semua pekerja kembali bekerja. Sang pemudapun telah uasai makan dan akan membayar makanan yang dipesan. Kemudia dia menyatakan bahwa dompetnya ketinggalan. Sedangkan pemilik warung tidak percaya karena sudah biasa ditipu. Simbok bersikeras tidak mengijinkan pemuda itu pergi hingga mengundang penasaran para pekerja pabrik.
c.       Klimaks (puncak masalah)
tahap ini merupakan puncak masalah. Para pekerja yang mendengar kegaduhan ikut berdatangan kewarung simbok. Pemudapun diinterogasi dengan berbaagai pertanyaan dan terus diselidiki hingga suasana sangat tegang. Karena sipemuda terus menerus mengelak bahkan saat dia tidak bisa menjawab dengan benar  pertanyaan simbok. Saat diminta pemuda meninggalkan celananya untuk dijadikan bahan jaminan sipemuda bersikeras tidak mau, hal ini membuat tokoh lain dalam puncak emosi.
d.      resolusi (penyelesaian)
penyelesain mulai terjadi saat semua tokoh setuju agar sipemuda menyerahkan bajunya untuk barang jaminan, sipemudapun menyetujui da diberikan baju tersebut kepada simok. Semua tokoh kembali pada aktivitasnya masing-masing. Saat ini sang pemuda meminta maaf pada simbok. Ia menjelaskan bahwa ia tak bermaksud berbohong namun ia benar-benar dalam keadaan kesulitan. Karena merasa iba simbok menyerahkan baju pemuda tersebut.
e.       coda (kesimpulan)
masuklah penjaga malam dan kemudian bertanya pada simbok apa ada pemuda yang kurus memakai baju lurik berbohong dan telah pergi?. Simbok mengiyakan. Kemudia dengan kesal penjaga malam menjelaskan bahwa pemuda tersebut penipu handal dan sudah biasa berbohong. Mendengar hal  tersebut  simbok sangat kaget dan merasa sangat  menyesal.
4.      Latar atau Setting
Latar atau setting merupakan tempat kejadian cerita. Latar meliputi tiga dimensi, yaitu: tempat, ruang, dan waktu.
 Latar tempat   : Kendal, Warung Pecel depan pabrik es
  Latar waktu    : Pagi menjelang siang hari
 Latar ruang    : Pada saat adanya aktivitas dari para pekerja pabrik sedang beristirahat makan.

5.      Sudut Pandang
Sudut pandang (titik pandang, pusat pengisahan) merupakan posisi pencerita (narator) dalam sebuah cerita. Ada kalanya pencerita bertindak sebagai orang pertama atau sebagai orang ketiga. Dalam naskah drama karya Arifin C. Noor ini, pencerita/penulis memposisikan dirinya sebagai orang ketiga, karena pencerita tidak terlibat langsung dalam cerita.

6.      Amanat atau Pesan Moral
Amanat berkaitan dengan pesan yang hendak disampaikan oleh seorang penulis kepada pembaca untuk bisa memaknai dari keseluruhan isi naskah drama. Amanat berisi pesan moran dan nilai kehidupan yang dapat dijadikan renungan berpikir dan implementasi bertindan pembaca nantinya sesuai dengan kaidah atau norma yang berlaku. Amanat yang coba ditampilkan dalam naskah drama di atas, yaitu
1.      Penulis mencoba menggambarkan kebobokran pemerintah pada saat ini. Dengan harapan pemrintah dapat mendengarkan suara hati rakyatnya dan peduli dengan kesejahteraan semua raktyatnya.
2.      Kejujuran tetaplah kejujuran. Penulis mengajak semua lapisan masyarakat untuk selalu jujur dalam semua sisi dan sendi kehidupan. Kebohongan sekecil apapun harus diberi sanksi. Karena sekali kebohongan dibiarkan maka akan terus menerus dilakukan.
3.      Penulis menyampaikan bahwa bangsa ini sedang dalam masalah besar. Korupsi penipuan tidak hanya ada pada pemrintahan. Disekitar kita penipuan sangatlah dekat. Hendaknya kita harus terus berhati-hati.


BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Dari apa yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1.       pendekatan obyektif teori abrams merupakan pendekatan yang mengkaji karya sastra dilihat dari karya itu sendiri. Pendekatan ini memandang bagaimana unsur instrinsik atau aspek-aspek sastra itu sendiri membangun karya tersebut. Semakin berkait unsur yang satu dengan yang lain maka semakin baik pula karya tersebut.
2.      Dari naskah drama berjudul “Matahari di sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor setelah dianalisis dengan pendekatan objektif teori abrams dapat diketahui beberapa hal unsur-unsur yang membangun karya tersebut.  Diantaranya :
1)      Tema dalam naskah tersebut mengenai segelumit keadaan sosial yang ada dalam masyarakat yang di dalamnya tersaji berbagai nilai dan unsur kehidupan seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.
2)      Latar yang ada pada naskah drama tersebut meliputi:
a.       Latar tempat   : Kendal, Warung Pecel depan pabrik
b.       Latar waktu    : Pagi menjelang siang hari
c.        Latar ruang    : Pada saat adanya aktivitas dari para pekerja pabrik sedang beristirahat makan.
d.      Penulis menggambarkan nama para tokoh dengan menggunakan simbol dan berikut nama para tokoh dalam naskah drama tersebut: si Tua, si Pendek, si Kurus, si Peci, si Kacamata, Simbok, Pemuda, Penjaga malam, Perempuan, dan si Sopir.
3)      Alur yang digunakan : maju padat
4)      Amanat naskah: bahwasanya tindakan berbohong atau menipu orang lain sangatlah tidak baik. Sepandai-pandainya seorang penipu pasti suatu saat akan terjebak juga dalam aksinya tersebut.
5)      sudut  pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. Penulis         memposisikan dirinya sebagai orang ketiga dalam naskah tersebut.
4.2     Saran
Di dalam menyusun makalah ini, penulis tentu masih banyak kekurangan. Dan penulis berharap pembaca dapat mengambil sesuatu yang positif dan bermanfaat dari pembahasan naskah drama berjudul “Matahari di Sebuah Jalanm Kecil” ini. Untuk itu dibutuhkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca maupun peneliti yang lain. Untuk kedepannya, diharapkan muncul peneliti lain yang dapat menganalisis naskah ini dengan gaya dan pendekatan yang lebih mendalam dan mutakhir lagi.



DAFTAR PUSTAKA
Wellek, Rene. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta : Gramedia
Satoto, soediro. 2016. Analisis Drama dan Teater. Yogyakarta : Penerbit Ombak
 (diakses tanggal 5 april 2017)
(diakses tanggal 5 april 2017)

Legenda Tangkuban Perahu

  Nama : Nayla Putri Yuantika Humaira Azalia Sasi Ramadhanesya Gunung Tangkuban Perahu Dahulu kala ada seorang raja yang bernama Sumbing...