Jumat, 12 Mei 2017

analisis kritik sosial, politik dan budaya pada cerpen kang dasrip



Analisis Cerpen Kang Dasrip
Karya emha ainun najib
Dalam cerpen “Kang Dasrip” ini tterdapat beberapa kritik yaitu kritik sosial, kritik budaya dan kritik politik. Kritik sosial tergambar jelas dimana kritik sosial digambar tentang bahwa kehidupan bermasyarakat tidak harus berjalan lurus dan tentram saja. Begitupun yang dialami kang dasrip. Bagaimana ia tergejolak dengan tetangganya, hal ini dapat kita jumpai dalam paragraf (10) dimana ia harus menghadapi masalah yang cukup kompleks dalam hidupnya dengan masyarakat. Kemudian dalam hidup bermasyarakat memang ada istilah “memberi dan menerima” ketika kita hidup dalam masyarakat tentunya harus saling membantu dan dibantu karena kita tidak akan mungkin bisa memenuhi kebutuhan kita sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini sama saja dengan kisah kang dasrip yang dulu mbuwuhi tetangga tengganya kemudian sewaktu kag dasrip punya kerja maka dia yang diganti dibuwuhi, meskipun dalam hal ini ada konflik yang kontroversial dimana kang dasrip tidak terima karena apa yang dulu berikan terhadap tetangganya kemudian tidak sesuai dengan apa yang diberikan tetangganya tersebut kepada kang dasrip dalam paragraf (1 dan 4). Hal ini hanya dapat kita jumpai dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Dalam kejadian ini sendiri dapat kita ambil hikmah bahwa jika kita memberi sesuatu kepada sanak saudara hendaknya jangan pernah kita berharap imbalan karena saat semua tidak berjalan seperti yang kita harapkan maka kita sendiri yang akan kecewa.
 Kemudian dalam kehidupan sosial tentunya ada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Seperti norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma adat-istiadat. Seperti yang digambarkan dalam cerpen kang dasrip ini. Dimana kang dasrip secara norma kesopanan sangat tidak sopan karena ia menghujat apa yang diberikan tetangganya kepadanya. Bahkan ia menegaskan untuk meminta imbal balik atau kesebandingan dengan apa yang mereka dapatkan dari kang dasrip. Jika dikaitkan dengan kehidupan nyata maka hal ini sangat mencoreng nama orang tersebut dan membuat namanya sendiri menjadi kotor bahkan dihujat oleh masyarakat hal ini dapat kita temukan pada paragraf (7 dan 8). Faktor ekonomi tidak lepas dari bahasan kritik sosial dalam cerpen ini digambar bahwa saat kang dasrip akan menggelar hajat khitanan anaknya maka ia telah menyiapkan segala sesuatu dengan jelas dan perhitungan matang dia telah memperkirakan pengeluaran yang ia butuhkan dan yang akan ia keuntungan dengan sangat rinci, hal ini sangat sesuai dalam kehidupan nyata dimana seseorang yang akan menggelar hajat maka ia akan mempertimbangkan apa saja yang akan diperluknnya. Dalam cerpen kang dasrip hal ini dikemas dengan sesuatu yang berbeda dimana hal yang telah diperhitungkan melenceng jauh dari dari yang diperkirakan. Dalam paragraf (2 dan 3).
Selanjutnya adalah kritik budaya dalam cerpen kang dasrip juga menonjolkan kritik budaya yang sangat erat. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang masyarakat jawa. Hal ini dibuktikn dengan beberapa kosa kotanya yang menggunakan kata dalam bahasa jawa seperti gedeg, buwuhi, dan misuh-misuh. Dalam cerpen ini juga dilukiskan tentang budaya orang jawa jika salah satu anggota keluarganya akan dikhitan maka akan mengadakan hajatan atau semacam syukuran dan selamatan. Dalam acara tersebut ada tradisi-tradisi yang melekat pada masyarakat jawa seperti membuat tarub di depan rumah da nada tradisi untuk mengundang kesenian lokal yaitu tayub dan kethoprak meskipun dalam cerpen ini meninggalkan kesenian itu karena alasan biaya. Dalam paragraf (2).
Yang terakhir adalah kritik politik dalam cerpen kang dasrip juga mengandung kritik politik. Dalam cerpen ini digambarkan tentang pihak pabrik yang semena-mena memberikan harga sewa tebu terhadap masyarakat bhakan dijelaskan bahwa embel-embelnya saja tebu milik rakyat namun kenyataanya tebu-tebu tersebut hanya milik pabrik dan pemerintah. Hal ini sangat sesuai dengan kehidupan nyata saat ini jajaran poilitik berkedok bahwa pemerintah bekerja untuk rakyat namun pada kenyataanya rakyat hanya menikmati segala sesuatu yang merupakan hak rakyat dipersulit dan diambil keuntungan untuk pemerintah dan pabrik dalam cerpen ini digambarkan bahwa pabrik mengambil keuntungan sebesar-besarnya dan pemerintah mendukung hal tersebut dengan kebijakan-kebijakan yang ada. Hal ini sesuai dengan potret kehidupan nyata. Terdapat dalam (paragraph 5). Dalam cerpen tersebut juga dilukiskan bagaimana ketidak netralan dari lurah desa. Dalam cerpen tersebut dilukiskan bahwa lurah kang dasrip ada main dengan pihak pabrik hal ini sesuai dengan keadaan politik yang ada dalam masyarakat. Dimana pemerintahan di Indonesia sangat bobrok. Tidak hanya pemerintahan di pusat. Pemerintahan ditingkat desa yang merupakan ujung tombak pembangunan juga tidak bersih. Kepala desa tidak membantu warganya dengan baik malah justru memihak pabrik untuk keuntungan semata. Bahkan dalam kehidupan nyata pembangunan yang ada tidak sesuai anggaran. Anggaran yang dibuat sangat maksimal namun pada kenyataannya hanya sedikit yang direalisasikan. (dalam paragraf 6).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Legenda Tangkuban Perahu

  Nama : Nayla Putri Yuantika Humaira Azalia Sasi Ramadhanesya Gunung Tangkuban Perahu Dahulu kala ada seorang raja yang bernama Sumbing...