Selasa, 13 Desember 2016

makalah analisis peringatan hari Kematian




MAKALAH
Analisis Perubahan Kebudayaan “Akultuasi” pada Kebudayaan Peringatan 40 Hari Kematian Seseorang

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Budaya
Dosen Pengampu
Oleh
Asti Wahyuningtyas                                       2101416011

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
2016



PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat kepada Allah Swt atas segala rahmat dan karunianya sehingga makalah ini bisa diselesaikan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengantar Ilmu Budaya. Pada makalah ini kami akan membahas dan memahami tentang akulturasi kebudayaan peringatan hari kematian.
Saya selaku penulis berharap semoga kelak makalah ini dapat berguna dan juga bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kebudayaan peringatan hari kematian. Dalam pembuatan makalah ini saya sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan , oleh karena itu saya sangat membutuhkan saran dan kritik demi perbaikan makalah ini. Saya meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini.


Semarang, 09 November 2016


Penulis












DAFTAR ISI
PRAKATA...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2    Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3    Tujuan Penulisan................................................................................................. 1
1.4    Manfaat Penulisan............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Peringatan hari kematian...................................................................................... 2
2.2  Lahirnya akulturasi peringatan kematian
2.3  Analisis menurut ahli............................................................................................ 2
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.............................................................................................................. 4
3.2 Saran..................................................................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 5














BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinis. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Perubahan kebudayaan antara lain difusi yaitu suatu proses menyebarnya unsur-unsur dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain, asimilasi yaitu proses perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya kebudayaan atau lebih sehingga kebudayaan aslinya hilang/tak tampak lagi, sedangkan akulturasi adalah proses percampuran kebudayaan tanpa menghilangkan aslinya. Persebaran kebudayaan meliputi internalisasi ( proses belajar yang dilakukan sejak lahir sampai mati), sosialisasi ( proses belajar karena ada kebersinggungan dengan orang lain), enkulturasi (proses belajar kebudayaan yang berkaitan dengan sistem norma yang belaku).
            Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan (affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya.
            Selamatan kematian atau tahlilan sering di jumpai di lingkungan masyarakat, Selamatan ini biasanya dilakukan oleh keluarga dari orang yang meninggal dunia  yang mempunyai tujuan untuk mendo’akan orang yang meninggal dunia agar supaya segala dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT dan dilapangkan kuburnya. Ritual tahlilan atau selamatan kematian ini sudah dilakukan secara turun-temurun. Ritual tahlilan atau selamatan kematian ini sudah mengakar dan menjadi budaya pada masyarakat jawa yang sangat berpegang teguh pada adat istiadatnya.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa itu tradisi peringatan hari kematian ?
1.2.2        Bagaimana lahirnya percampuran kebudayaan islam dengan tradisi peringatan kematian dikalangan masyarakat?
1.2.3        Bagaimana analisis kebudayaan terhadap teori yang ada ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu tradisi peringatan kematian pada masyarakat.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana lahirnya percampuran kebudayaan islam dengan tradisi peringatan                                                                               kematian dikalangan masyarakat.
            1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberi pengatahuan tentang bagaimana proses lahirnya kebudayaan memeringati hari kematian yang ada dimasyarakat.




BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Apa itu peringatan hari peringatan kematian ?
Tradisi  selamatan kematian ini didasarkan pada konsep ajaran-ajaran yang dikembangkan sejak jaman nenek moyang di jawa Awal mula dari  acara Selamatan tersebut berasal dari upacara peribadatan (selamatan) nenek moyang bangsa indonesia khususnya masyarakat jawa yang mayoritasnya beragama  Hindu dan Budha.  Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo’akan orang yang telah meninggalkan dunia. Selamatan secara teknis adalah membacakan membacakan mantra dan do’a-do’a yang ditujukan untuk para arwah agar perjalanannya menghadap sang pencipta mudah. Dalam peribahasa jawa menyebutkan “jembar kubure padang lakune” yang berarti “luas kuburnya terang jalannya”, seperti peribahasa tersebut selamatan kematian ini adalah ritual mengirimkan doa kepada sanak saudara Upacara selamatan bagi orang meninggal . Masyarakat jawa meyakini bahwa masih ada kehidupan setelah meninggal, dan kehidupan itu adalah kehidupan yang lebih kekal.
2.2 Lahirnya akulturasi / percampuran budaya selamatan kematian dengan kebudayaan islam
            Islam masuk ke tanah jawa dibawa oleh wali 9 melalui perdagangan, perkawinan, dan budaya. Islam yang diajarkan oleh wali 9 sangat menyatu dengan kehidupan masyarakat jawa pada saat itu. Wali 9 berdakwah dengan sabar dan hati-hati menyesuaikan kehidupan yang ada di masyarakat sehingga masyarakat masuk dan memeluk islam karena sentuhan hati dan benar-benar merasakan Islam yang sesungguhnya. Karena kepandaian para wali tersebutlah para wali 9 mengemas kebudayaan jawa dengan tatanan-tatanan dan kaidah islam, tanpa mengubah sedikitpun makna yang ada.
            Begitu pula dengan kebudayaan memeringati hari kematian seseorang. Dari budaya yang sudah ada sejak lama dimasyarakat jawa wali 9 memadukan kebudayaan tersebut dengan ajaran-ajaran islam  tanpa mengubah konsep dan makna dari kebudayaan itu sendiri. Jika sebelumnya prosesi dilakukan sangat sederhana berisi mantra-mantra, maka dalam proses akulturasi dipadukan kebudayaan tersebut. Yang tadinya memujikan mantra-mantra keudian diisi dengan membacakan ayat-ayat suci Al-quran, Tahlilan, dan membacakan surah Yaa Sinn. Dari sinilah para wali 9 mengajarkan ketauhitan ditengah-tengah suasana duka. Bahkan, menjadi ajang refleksi diri bahwa kita hidup didunia hanya sesaat dan akan kembali pada Yang Maha Kuasa.
            Darisinilah kita dapat melihat bahwa ada terjadinya akulturasi pada kebudayaan memperingati hari kematian. Adanya proses perpaduan antara kebudayaan hindhu-buddha dengan kebudayaan islam yang melahirkan kebudayaan baru tanpa mengubah konsep dan makna dari kebudayaan itu sendiri.
2.3 analisis kebudayaan menurut teori
Telah disebutkan diatas bahwa, menurut Koentjaraningrat, “akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan (affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya.” Disini dapat kita analisis bahwa masyarakat jawa dihadapkan pada kebudayaan tahlilan, membaca surat Yaa Sinn yang belum dikenalnya sama sekali dan asing bagi masyarakat jawa. Namun, kebudayaan itu dipadukan dengan kebudayaan yang ada yaitu memeringati hari kematian seseorang. Hingga, lairlah kebudayaan baru memeringati kematian dengan cara-cara islami. Hal ini menunjukkan adanya keseragaman (homogenity) atau nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya.







BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari analisis yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Akulturasi adalah proses perubahan kebudayaan dengan cara perpaduan kebudayaan antara kebudayaan yang sudah ada dengan kebudayaan asing, kemudian melahirkan kebudayaan baru tanpa merubah makna dari kebudayaan itu senidiri. Lahirnya kebudayaan tersebut karena adanya keselaraan antar budaya.
Kebudayaan / tradisi memperingati kematian seseorang adalah hasil akulturasi dari kebudayaan nenek moyang yaitu upacara kematian dengan kebudayaan islam. Melahirkan kebudayaan baru yaitu memperingati kematian seseorang dengan cara islam diisi dengan pembacaan ayat suci Al-quran, dll tanpa mengubah sedikitpun makna yang ada dalam tradisi tersebut.
3.2 Saran
Kebudayaan yang masuk hendaklah disaring dan jangan diterima mentahnya saja, namun dapat dipahami sesuai atau tidaknya dengan kebudayaan yang ada ditempat kita. Bahkan jangan sampai kebudayaan asing itu menghilang kebudayaan asli milik kita.
Kebudayaan asing yang masuk hendaknya menyatu dengan kebudayaan yang ada kemudian melahirkan kebudayaan baru dan memperkaya kebudayaan yang sudah ada serta memberikan pengajaran dan nilai yang positif.
3.3 Daftar Pustaka
Koentjaraningrat.Kebudayaan Metalitas dan Pembangunan.
            http:// selametan kematian di jawa  April 2013.html, (diakses tanggal 9 desember 2016)
http://abimuda.com/2015/11/peringatan-kematian.html (diakses tanggal 13 desember 2016)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/akulturasi.co.id (diakses tanggal 13 desember 2016)
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Legenda Tangkuban Perahu

  Nama : Nayla Putri Yuantika Humaira Azalia Sasi Ramadhanesya Gunung Tangkuban Perahu Dahulu kala ada seorang raja yang bernama Sumbing...